Pertanyaan yang mewabah di kalangan fotografer pemula adalah: “Mana
yang lebih bagus? Nikon atau Canon?” dan seringkali mengeluarkan
produsen lain semacam Sony, Panasonic, Vivitar dan yang lainnya dari
daftar. Para fotografer pro tidak lagi memperdebatkan perbedaan teknis
diantara keduanya, dan tidak lagi menjadikannya faktor penentu untuk
memilih kamera. Faktanya, semakin berpengalaman seseorang dalam dunia
fotografi, semakin yakin mereka bahwa merk kamera bukan masalah, tapi
orang di baliknya yang berperan. Tapi, tetap saja, kesetiaan pada satu
merk tertentu masih berlaku.
Untuk membuatmu lebih mudah memilih diantara Nikon dengan Canon, kita lihat yang ini:
Perbedaan-Perbedaan Kecil Tapi Nyata
Sistem image processing pada Canon mampu menjaga frame rate yang
cepat dan membantu “menghaluskan” gambar saat proses berlangsung di
dalam kamera. Ini adalah salah satu alasan pengguna dSLR yang terbiasa
dengan point-and-shoot cenderung menyukai Canon; karena kemampuannya
meminimalisasi tahap post-processing (tidak terlalu banyak editing
setelah pemotretan). Tapi, banyak juga penggunanya yang tidak begitu
menyukai “in-camera processing” semacam ini.
Image processing dari Nikon, sebaliknya, tidak begitu cepat dan tidak
terlalu halus. Tapi fotografer bisa mengatasi ini dengan memotret
menggunakan mode RAW
dan mengandalkan data yang tersimpan untuk memperbaiki kekurangan ini.
Terlebih lagi, Nikon punya auto-fokus yang lebih efisien. Teknologi
image stabilization sama-sama bagus di kedua merk.
Keunggulan lain dari Canon dibanding Nikon adalah pengaturan
pre-dialnya yang mengurangi konsumsi waktu untuk mengutak-atik setting
saat pemotretan. Tapi, kebanyakan orang menganggap tidak adanya picture
playback atau tampilan foto setelah pemotretan sebagai kekurangan.
Bagaimana dengan lensanya? Konsumen lower-end lebih memilih lensa
zoom dan aperture yang konstan dari Canon, sementara fotografer pro
lebih memilih lensa Nikon yang lebih lebar dan terang. Pengguna Nikon
juga menyukai fakta bahwa semua lensa buatan Nikon bisa digunakan untuk
semua jenis kamera yang mereka produksi dan sisi ergonomisnya terasa
nyaman. Secara umum, Nikon dianggap lebih nyaman digunakan. Tapi ini
tentu sangat subjektif karena semua orang bisa membiasakan diri pada
apapun.
Merk Bisa Berarti Sejalan Dengan Tujuan Memotret
Pemahaman yang jelas tentang apa yang akan kita sering foto dalam waktu yang lama juga bisa membantu kita membuat pilihan.
Berdasarkan sebuah survey, mereka yang mempelajari fotografi di
sekolah atau perguruan tinggi memilih Canon dan Nikon secara seimbang di
awal tahun ajaran, tapi menjelang kelulusan kebanyakan dari mereka
menggunakan Canon. Kenapa? Karena mereka yang belajar fotografi perlu
membuat banyak jenis foto dalam situasi yang sangat bervariasi dan objek
yang bergerak cepat dalam waktu singkat (3 hingga 4 tahun). Mereka
mengatakan Canon memberikan hasil foto yang bagus, dan lensa yang lebih
bisa diandalkan sementara Nikon cenderung macet shutter-nya jika
digunakan untuk tipe kerja keras seperti ini.
Tapi fotografer yang lebih matang cenderung memilih Nikon karena
kualitas lensa-nya yang premium. Mereka membutuhkannya untuk seni dan
teknik yang ahli. Jadi, bisa dikatakan kalau kamu sering berurusan
dengan banyak jenis fotografi, situasi pemotretan yang sangat bermacam
dengan objek yang cepat, maka Canon adalah pilihan yang bagus. Sementara
untuk kamu yang biasa memotret dengan pengaturan yang hati-hati dan
suka sensitivitas yang lebih baik di cahaya redup dengan kontrol terbaik
dari satu foto ke foto berikutnya, maka Nikon adalah pilihan untukmu.
Pengaruh Konsumerisme
Dengan semakin maraknya penggunaan dSLR di semua kalangan usia,
penekanan industri pada penjualan kamera berdasarkan fitur terbaru telah
mengubah pengalaman orang dalam membeli kamera. Sebuah riset mengatakan
bahwa produsen kamera berlomba-loba membuat model kamera yang lebih
baik secara terus menerus sehingga akhirnya upgrade yang mereka lakukan
kadang hanya dibuat-buat sehingga sulit untuk menentukan mana yang lebih
penting.
Sekarang fokus penjualan ada pada peningkatan megapixel dan bukannya
level ISO, ukuran sensor gambar, dan pengurangan noise. Semua faktor ini
harus bekerja sama untuk bisa menerjemahkan cahaya secara akurat hingga
akhirnya menjadi sebuah foto digital. Level ISO menentukan
seberapa banyak cahaya mengenai sensor kamera yang bekerja dengan
sebuah chip untuk memindahkan cahaya menjadi pixel. Adalah panas yang
dihasilkan oleh cahaya yang merusak pixel yang berdekatan sehingga
menyebabkan munculnya noise. Apa solusinya? Sensor yang lebih besar,
yang akan memberikan ruang lebih lebar antarpixel sehingga mampu menekan
munculnya noise. Sensor lebar juga memungkinkan pixel yang lebih besar
yang artinya mampu menangkap cahaya dengan lebih baik. Jadi, sebelum
melihat ukuran megapixel-nya, lihat dulu ukuran sensornya karena ini
yang secara signifikan menentukan kejernihan gambar. Sekarang, pikirkan
seberapa sering perusahaan kamera mengiklankan ukuran sensor mereka?
Tidak pernah. Malahan, mereka lebih sering berpromosi tentang berapa
megapixel yang dimiliki model kamera terbarunya. Angka megapixel yang
lebih besar memungkinkan ukuran gambar yang lebih besar juga tapi tidak
berarti kualitasnya lebih baik.
Akhirnya, perlu dicatat bahwa Canon lebih pandai menjual dibandingkan
Nikon. Canon secara efektif menggarisbawahi fitur semacam HD Video yang
semua orang, dari tingkat pemula hingga profesional bisa pahami dan
gunakan. Padahal keduanya sama bagus.
Jadi, Mana Yang Harus Dipilih?
Dengan segala perlombaan antar produsen dalam melakukan upgrade yang
kurang signifikan dan marketing yang kurang bisa diandalkan, bagaimana
orang bisa memilih dSLR yang tepat?
Untuk mereka yang baru memulai karir atau baru belajar memahami dSLR,
Canon mungkin bisa jadi pilihan terbaik karena menawarkan proses
pemotretan yang lebih lancar. Untuk mereka yang sudah cukup matang di
dunia fotografi, kamera dan lensa apapun bukan masalah, tapi Nikon
mungkin yang paling cocok karena kekuatan reproduksi-nya yang paling
akurat.
Support : https://ciptoondemix.wordpress.com/
0 komentar:
Posting Komentar